Selasa, 16 Agustus 2011

MY "SEUNG GI"

ini dia aktor sekaligus penyanyi Korea,
jreng jreng jeng jeng 
LEE SEUNG GI
cowok ini ganteng dan manis , menurut ku :p
13 JANUARI '87











Sabtu, 13 Agustus 2011

SAJAK

Tak ada yang lebih menyakitkan daripada manatap kedua mata orang yang kamu cintai, lalu menemukan bayangan orang lain terpantul disana.

Jadi orang ketiga bukan sesuatu yang membanggakan.

Namun, kadang hati terlalu naif pada godaan bernama cinta. Tanpa bisa dicegah, tahu-tahu saja kamu terjebak dalam hubungan segitiga.

Kamu berusaha keluar, mencari jalan pulang. Kamu bahkan menumpuk banyak alasan untuk berhenti memikirkannya. Berhenti menginginkannya.

Sayangnya, terlambat....
kamu terlanjur mencintainya.

SUKA SUKA NGELANGGAR

dua motor nakal :p

Minggu, 07 Agustus 2011

SUJUD SYUKUR

terima kasih Tuhan atas segala nikmat dan karunia yang telah Kau berikan pada hambaMu ini

Sabtu, 06 Agustus 2011

ISENG-ISENG MENGHASILKAN

hari minggu pagi di kamar yang membosankan, 
mau ini males mau itu males.
so, akhirnya aku putuskan keluar menuju halaman,
eh ternyata ada pohon cemara yang baru aja dipotong sama ibu.
sstt, muncul sebuah inisiatif deh :p

 bahan-bahan :
1. daun cemara
2. kertas 
3. double tape
4. gunting

jreng .....
inilah hasilnya :p

motivasi cinta

tanamlah sebuah pohon cinta yang berdaun kesetiaan, berbunga ketulusan dan berakar kejujuran, siramlah dengan kasih sayang dan pupuklah dengan kepercayaan

PANDA

tampak depan

tampak samping kanan

tampak setengah samping kiri

 hehehe :D

wakakakak :D:D

 buakakakak :D:D:D

-boneka  panda, hadiah ulang tahun dari seseorang-

PANTAI TERINDAH DI BALI

padang bai

 pantai kuta

 pantai dreamland

pantai sanur

 pantai amed

pantai lovina

pantai candi dasa

RISAU

Kamis, 04 Agustus 2011

motivasi

"Jangan biarkan perahu hanyut tak berpenghuni nanti hanyutnya tidak singgah ke pelabuhan"

FOTO-FOTO SELEKSI ANGGOTA MP 34

hari raya kuningan 
nusa lembongan 
2009

karang segitiga
nusa lembongan

padang pandan
nusa lembongan

matahari di barat
saat pantai sepi

MP, bagian hidupku

Madyapadma Journalistic Park. Namanya aja udah keren :)
Madyapadma atau yang biasa disebut MP adalah salah satu ekstra besar di SMA Negeri 3 Denpasar.
Madyapadma itu berasal dari dua kata yaitu madya yang artinya tengah dan padma yang artinya teratai.
nah, jadi intinya Madyapadma artinya teratai yang ada di tengah kolam. Maknanya dalem banget, yaitu Madyapadma selalu berada di depan walaupun berada ditengah-tengah dalam suatu keadaan baik dan susah.

Kenapa ya aku milih MP ?
Karena aku suka. Cuma itu jawabanku. aku suka semua tentang MP.

MP sudah banyak memberi pengalaman yang berarti buat diriku sendiri. mulai dari temen-temen 34, kakak-kakak pengurus 33 dan Kak Ananta tercinta.
Semua yang telah aku lewati di MP, selalu terkenang buat diriku.
Di MP aku bisa belajar banyak hal yang sepastinya tidak akan aku dapetin di tempat lain.

Semoga MP semakin sukses dan terus maju !
1...2...3 M...P...TRISMA

AIR ASIN DALAM LAUTAN MUTIARA


Judul               : Kemiskinan dan Pemiskinan Bali
Penulis             : Dewa Ngurah Suprapta dkk.
Penerbit           : FKA GMNI BALI
Cetakan           : I, Maret 2003
Tebal               : vii + 87 halaman

Kemiskinan. Adalah keadaan yang tentu tidak diinginkan oleh setiap manusia dimanapun di dunia ini. Teknologi dan informasi semakin maju, seharusnya perekonomian bisa semakin membaik. Itu logikanya. Tapi semakin deru gemerincing dolar pariwisata membanjiri Bali. Bali justru semakin miskin, terpinggirkan dan akhirnya punah. Ibaratnya jalak Bali yang punah habitatnya. Itulah sedikit gambaran tentang isi sebuah buku yang berjudul “Kemiskinan dan Pemiskinan Bali”. Sebuah buku karangan Dewa Ngurah Suprapta dkk ini membuktikan bahwa Bali ternyata mempunyai sisi yang kelam dibalik keglamouranya. Tak lain dan tak bukan kemiskinan ditengah-tengah kemakmurannya. Bahkan orang Bali kini mulai berebut meninggalkan budaya agrarisnya.
Ditinjau dari segi redaksional, buku yang berisi kumpulan essay dari 7 orang penulis ini sangat membantu seseorang untuk mengetahui seberapa jauh keadaan Bali. Bali yang kini semakin miskin bertolak belakang dengan arus globalisasi yang seharusnya membuat Bali semakin kaya. Buku ini cocok dibaca untuk para pejabat pemerintah dan masyarakat dalam merangsang pertumbuhan perekonomian di Bali. Di dalamnya penulis juga menambahkan gambar-gambar kemiskinan di Bali lengkap beserta tabel jumlah rakyat miskin dalam periode tahun 2000 dan 2001.
Dari segi artisik, buku yang diterbitkan di Denpasar ini, nyaman dibaca. Font dan ukuran tulisannya terlihat jelas. Pada cover depan dan belakang terdapat potret rakyat miskin Bali. Tak ada gading yang tak retak, sama halnya dengan buku ini yang terdapat satu halaman paling belakang yang kosong tetapi terdapat tulisan halaman 87. Hal ini memang sepele tetapi kesannya tak ada gunanya. (IDP)

Konflik Tak Berujung Dalam Tulisan


Judul               : Yang Unik Yang Juara
Penulis             : I Gusti Agung Paramitha Eka Putri dkk
Penerbit           : Madyapadma Journalistic Park
Cetakan           : I, Februari 2010
Tebal               : v + 72 halaman

Subak, sebuah gading yang tak luput dari keretakan. Dunia mengenal masyarakat Bali sebagai seniman ulung. Buku ini membuktikan bahwa jiwa seni serta kentalnya budaya sudah sangat mengalir dalam pembuluh masyarakat Bali. Itulah sedikit gambaran tentang isi sebuah buku yang berjudul “Yang Unik Yang Juara”. Buku yang dicetak tahun 2010 ini merupakan kumpulan tiga karya ilmiah tulisan dari lima penulis muda yang tergabung dalam Madyapadma Journalistic Park SMA Negeri 3 Denpasar yang tentunya sempat mengukir prestasi. Ketiga karya tulis ilmiah ini sama-sama mengedepankan konsep budaya Bali sebagai salah satu upaya dalam pencegahan terjadi pencemaran udara yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer.
Buku yang diterbitkan oleh bersaman dengan 12 judul buku lainnya. Sungguh hal yang baru, sekumpulan siswa SMA sudah bisa membuat buku, editing sampai proses mencetaknya. Dari segi redaksionalnya, buku ini sangat membantu seseorang dalam mengetahui seberapa jauh masyarakat Bali mampu mengolah budaya dan seninya dalam kegiatan positif. Buku ini cocok dibaca untuk para pejabat pemerintah dan masyarakat dalam lebih melestarikan segala budaya Bali di zaman modern ini agar tidak ikut tergerus zaman.
            Dari segi artistiknya, buku ini lumayan nyaman dibaca. Font dan ukuran tulisannya jelas. Cover buku ini terlihat cukup menarik dengan warna kuning menyala. Tetapi acap kali, pembaca bisa merasakan kebosanan karena penulis tidak menambahkan gambar-gambar yang bisa membuat pembaca menjadi lebih tertarik. Terlepas dari itu, buku ini sangat berguna bila dijadikan refrensi untuk membuat karya tulis bagi siswa-siswa sekolah. (idp)

In Your Majesty, In Your Diffrent


Judul Film             : cin(T)a
Sutradara       : Sammaria Simanjuntak
Produksi            : Sembilan Matahari
Tahun Produksi           : 2009
Pemain       : Annisa (Saira Jihan), Cina (Sunny Soon)

Perbedaan, memang sering kali menjadi penghalang diantara semua celah kehidupan manusia. Perbedaan akan sering menjadi alasan seseorang untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan walaupun hal tersebut merugikan orang lain. Nyatanya, di dunia ini perbedaan lah yang indah. Jika di dunia ini tidak ada perbedaan, pasti akan merasa bosan. Adanya perbedaan akan lebih baik daripada tiada sama sekali. Hal tersebut menjadi gambaran sebuah film yang bertemakan percintaan ini. Dimana sebuah perbedaan agama, suku dan adat yang menjadi penghalang besar perjalanan kisah cinta diantara manusia. Film yang berjudul ”cin(T)a” ini  mengisahkan cerita cinta dua orang manusia yang begitu menyentuh hati. Seorang laki-laki umat Kristiani, Cina , yang diperankan oleh Sunny Soon memulai kisah cintanya dengan perempuan yang lebih tua darinya, Annisa, yang beragama Muslim dengan darah Jawa yang kental mengalir ditubuhnya.

Sang sutradara mencoba mengolah emosi penonton dengan suasana yang begitu didramatisir. Di film ini tidak menampilkan kecengengan ataupun sifat melankolis dari pemeran tokoh, berbeda dengan film lain yang bertemakan sama. Inilah yang menjadi kelebihannya.  Efek yang digunakan dalam film ini begitu bagus. Dengan pemilihan setting di tempat-tempat menarik di sebuah sudut kota Bandung awal tahun 2000-an. Lighting yang digunakan pun cukup baik dengan pencahayaan yang seimbang.

Nah, cerita diawali dengan tokoh Sunny dari daerah asalnya Tapanuli yang berhasil mendapatkan beasiswa di fakultas Seni Rupa ITB, awal masuk kuliah ia bertemu dengan seorang seniornya bernama Annisa. Tokoh Annisa yang diperankan oleh Saira Jihan adalah seorang perempuan yang sejak dua tahun lalu melepaskan karier keartisannya di belantika perfilman Indonesia dan kini memilih fokus untuk menyelesaikan kuliahnya, hingga akhirnya ia diberikan tugas untuk membuat rancangan arsitektur sebuah rumah susun. Mereka berdua merajut pertemanan sampai pada akhirnya mereka saling jatuh cinta dan berpacaran. Awalnya, walaupun mereka berbeda agama, suku dan adat, percintaan mereka berjalan mulus. Konflik diawali dengan dengan peristiwa pengeboman beberapa gereja menjelang Hari Raya Natal. Mirisnya lagi, peristiwa tersebut dilakukan oleh pelaku umat Muslim.

Disinilah tokoh Sunny mulai mengalami kegundahan dan dilema yang cukup berat. Ia menganggap umat Muslim tidak bisa bersifat bersahabat dengan agamanya. Padahal sebelum kejadian tersebut, Sunny sudah belajar sholat sampai membuat ketupat, demi menunjukan keseriusannya menjalani cinta dengan Annisa. Sampai pada akhirnya, Annisa dijodohkan dengan laki-laki Muslim. Kisah merekapun diakhiri, dan memutuskan untuk berteman saja.

Selain itu, cover film ini cukup menarik dengan tampilan kedua tokoh utama yang menimbulkan kesan percintaan yang begitu kental dan dalam. Kombinasi warna pada cover pun sudah cukup seimbang dengan penggunaan typografi huruf yang sederhana. Namun sayang, suara tokoh pada film ini tidak begitu jelas terdengar. Tetapi dibalik semua itu, film ini dapat memberikan kontribusi yang baik bagi penonton karena mengajarkan realita sebuah perbedaan yang kerap tidak diinginkan. Melalui film ini, sutradara berpesan bahwa perbedaan akan lebih indah jika bisa melakukan sebuah pengorbanan untuk itu. Bagaimana ? Tertarik untuk menontonnya ?





Cinta di Dalam Gelas

Judul               : Cinta di Dalam Gelas
Penulis             : Andrea Hirata
Penerbit           : Bentang
Tebal               : 265 halaman
Terbit               : 2010

Berangkat dari pengalaman menghayati  praktek keseharian rakyat Belitong, Negeri Laskar Pelangi, tersirat keinginan buku ini untuk berdialog intrasosial dan cultural bersama anda. Anda barangkali tergugah bersama-sama membangun kehidupan yang lebih baik dengan cara masing-masing.

Di antara banyak penulis, tak banyak yang punya pikiran dan renungan. Tak sedikit dari mereka hanya pendaur ulang ulung. Unjuk kebolehan, pamer bacaan. Tak sedikit tulisan mereka terkesan menggurui, menganggap pembaca murid yang bodoh. Kesan tersebut pupus manakala membuka-buka halaman sebuah novel Cinta di Dalam Gelas, yang merupakan dwilogi novel yang berjudul Padang Bulan. Andrea Hirata, penulis novel ini memang tak hendak membuat buku ajar.  Tak tanggung Andrea melakukan riset sosial dan kultural selama bertahun-tahun demi menyempurnakan karyanya.
Novel ini berkisah tentang seorang wanita pendulang timah, Enong. Mulai dari ia berurusan dengan seorang preman pasar pagi, seorang laki-laki yang bercita-cita menjadi teknisi parabola sampai grand master tingkat dunia yang berasal dari Georgia. Novel ini banyak menampilkan kisah catur dan kebiasaan-kebiasaan unik orang Melayu kampung seperti hobi minum kopi para laki-laki. Andrea sangat jeli menggali hingga dapat menunjukkan secara jelas watak manusia Belitong dalam hubungannya dengan lingkungan.
Novel ini sesungguhnya mengisahkan bagaimana seorang perempuan menegakkan martabatnya dengan cara yang sangat elegan, tentang perspektif politik kaum marginal, dan tentang falsafah pendidikan yang dianut perempuan itu. Tak berlebih , agaknya, halaman-halaman novel ini bersinar karena nyala pemikiran sang penulis yang cerdas. Inilah novel yang dapat memberikan cerminan kehidupan, jelas ini memang bukan novel religius. Sungguh sangat bermanfaat jika anda dapat bergabung untuk membacanya.

i love go hyeon jeong-LADY MISHIL

Dari awal aku nonton The Great Queen SoenDoek beberapa tahun lalu, aku udah ngefans banget sama pemeran Lady Mishil. Orangnya sih emang jahat dan ambisius, tetapi dia punya sifat yang tenang dan selalu tampil mempesona. Go Hyeon Jeong cantik banget !


Catatan Ambisi Mr.Boy


Judul Film            : Diary of A Wimpy Kid
Sutradara            : Thor Freudenthal
Produksi              : Century Fox
Tahun Produksi : 2010
Durasi                   : 1 jam 32 menit
Pemain                 : Zachary Gordon, Robert Capron, Rachel Harris, Steve Zahn, Devon Bostick

Dengan ide cerita yang cukup brilian dan unik,  Thor Freudenthal berhasil mengangkat kisah tersebut dalam filmnya yang berjudul “Diary of A Wimpy Kid”. Sebuah film anak-remaja yang bertemakan persahabatan. Penonton akan dikenalkan dengan tokoh utama dalam film yang berdurasi 92 menit ini, Greg Heffley yang diperankan oleh Zachary Gordon, adalah seorang anak laki-laki yang baru akan bersekolah di sekolah menengah pertama. Greg adalah anak yang kuat, berani dengan obsesinya yang besar dalam benaknya untuk menjadi orang nomer satu dalam buku tahunan sekolahnya.  Hari-hari tokoh Greg tidak bisa lepas dari, Rowley Jefferson yang diperankan  oleh Robert Capron, anak laki-laki lugu dan hobi makan. Greg tiba-tiba berubah menjadi seorang remaja yang paranoid dan melakukan segala cara untuk memenuhi keinginannya, termasuk memperlakukan sahabatnya, Rowley dengan buruk.
Musik, suara tokoh maupun efeknya terdengar begitu jelas dan sesuai. Tak tanggung-tanggung film yang diproduksi oleh Century Fox ini berhasil lulus sensor pada tahun 2010. Penonton akan diajak ikut memahami pikiran dan pandangan anak seumuran Greg dalam menghadapi masalah-masalah hidupnya. Pendalaman karakter dari masing-masing pemain begitu baik dan terlihat natural. Suasana musim panas dan musim salju yang menjadi setting film ini begitu enak ditonton. Sinematografi film ini juga sangat baik, terbukti dengan lighting yang seimbang dan efek visualisasinya yang keren.  Selain itu, cover film ini dominan menggunakan warna biru terang yang cukup menarik dengan penggunaan typografi huruf begitu sederhana.

 Apa yang ditampilkan didalam jalan cerita film ini memang mampu mencuri perhatian penontonnya, khususnya para penggemar film keluarga. Ceritanya yang memang fokus terhadap kehidupan anak-anak yang sedang memasuki masa remaja memang sangat sempit untuk golongan tersebut saja, hal ini justru bagi sebagian penonton malah akan mengurangi ketertarikan mereka dan mengkategorikan sebagai tontonan anak-anak. Namun, diluar itu film ini merupakan sajian yang cukup berkualitas dengan kontribusinya yang baik bagi segala umur. Melalui film ini, sang sutradara berpesan bahwa jangan terlalu berambisi besar, jalani hidup ini seperti air mengalir. Bagaimana, tertarik untuk menontonnya ? (IDP)

Ayo Sayangi Bumi Kita !


Apakah kita pernah berterima kasih kepada Bumi dengan apa yang telah diberikan kepada kita selama hidup di dunia ini ? Dan apakah kita sudah menjaga tempat tinggal kita yang tercinta ini dengan baik ?  Pernyataan itu lah yang sering sekali muncul dipikiran setiap manusia. Jawaban yang tepat dari pertanyaan itu adalah masih banyak perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab. Bukannya menjaga dan merawat Bumi dengan baik tetapi malah membuatnya menjadi rusak. Bumi kini menjadi kotor dan tidak nyaman lagi untuk ditinggali. Seakan-akan kita ini tidak berterima kasih pada Bumi yang telah menyediakan tempat tinggal, sumber daya alam, air dan sebagainya.

Oleh karena itu, kita harus mulai mengubah hidup kita agar perbuatan kita ini tidak lagi merusak Bumi. Tentunya kita adalah manusia yang tidak dapat melakukan semua jenis hal. Jadi, yang terpenting kita melakukan perbuatan yang dapat kita lakukan dan tidak perlu juga memaksakan diri. Cukup melakukan hal yang sederhana saja. Karena biasanya hal-hal yang sederhana itu sering kita lupakan. Hal sederhana yang dapat kita lakukan contohnya adalah membuang sampah pada tempatnya, melakukan penghematan listrik, mengurangi pemakaian kertas berlebihan, menghemat penggunaan tas plastik dan masih banyak lagi. Anak-anak sampai dewasa pun bisa melakukan hal sederhana yang cukup bisa menyelamatkan Bumi kita ini. Yang terpenting adalah kesadaran diri setiap manusia itu.


Begitu juga dengan penggunaan listrik dan air yang setiap hari kita pakai. Pernahkah kamu membiarkan lampu kamarmu di siang hari tetap menyala ? Dan baru mematikannya jika ada orang yang menyuruh atau mengingatkan. Kalau pernah, berarti kamu belum bisa menghemat penyediaan listrik di Bumi ini. Jadi cepatlah ubah prinsip dirimu untuk belajar berhemat. Jangan menunggu orang lain untuik berbuat hal kebaikan. Melainkan itu bersumber dari diri kita sendiri.
Jadi intinya, untuk menjaga lingkungan Bumi kita yang tercinta ini, lakukanlah suatu hal yang kecil terlebih dahulu karena sesuatu yang besar tidak ada sebelum ada hal yang kecil. Kalau hal kecil itu dilakukan oleh banyak manusia, maka hal kecil itu akan lama-lama akan menjadi hal yang besar. Contohnya saja, kalau setiap keluarga di sebuah desa tidak membuang sampah di sungai dan menjaga kebersihannya, maka daerah tersebut akan menjadi bersih dan nyaman. Tetapi kalau kebalikannya, maka tentunya daerah itu akan sangat kotor sekali dan bisa-bisa menjadi bencana untuk masyarakat disekitarnya. .

Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan hal-hal kecil seperti contohnya menghemat listrik, menghemat air, menghemat pemakaian kertas, sampai membuang sampah pada tempatnya. Lakukan hal itu mulai dari diri kita sendiri lalu tularkanlah pada orang-orang disekitar kita. Berikan hadiah yang termahal untuk anak cucu kita nanti, Bumi yang bersih dan nyaman untuk ditinggali.


                                                                       

MEREKA SATU, TUHAN MEREKA YANG BEDA


Pernahkah kau merasakan sesuatu yang biasa hadir mengisi hari-harimu, tiba-tiba lenyap begitu saja. Hari-harimu pasti berubah jadi pucat tanpa gairah. Saat kau hendak mengembalikan sesuatu yang hilang itu dengan sekuat daya, namun tak kunjung tergapai. Kau pasti jadi kecewa seraya menengadahkan tangan penuh harap lewat kalimat doa yang tak putus-putusnya.
***
Cerita ini bermula ketika seorang laki-laki dan seorang perempuan telah jatuh cinta. Tetapi ‘dunia’ mereka berbeda.
***
Utari kini sendiri. Tidak lagi bersama Riky, kekasihnya. Matanya tajam menerawang lurus masuk hingga dunia khayal. Di tengah sawah, Riky menyatakan keseriusannya pada dirinya. Lalu Utari pun terlihat tersenyum sejurus kemudian Riky mencium tangannya. Melayang-layang, menari, bernyanyi sambil diiringi air mata yang mengucur, semua dibiarkan tak terkendali.
Suara petokan ayam kesayangan bapaknya terdengar cukup mengagetkan dirinya. Hingga khayalannya pun buyar berserakan. Utari menyesal, menyesal sekali. Mengapa harus merelakan keperawanan yang seharusnya ia pertahankan dalam sebuah perkawinan khayalan.
***
Utari kini sedang duduk di sebuah bale. Jari-jemarinya piawai menari dengan janur dan pisau, sesekali matanya menoleh kearah dapur, ia juga sedang menanak nasi untuk makan malam. Utari bukan gadis Bali biasa. Ia sadar akan kodratnya sebagai anak perempuan tunggal yang di dalam darahnya mengalir darah bangsawan Bali.

Utari, anak yang mandiri, apalagi kini ia tinggal bersama bapaknya semenjak kepergian ibundanya. Bapaknya, I Gusti Ngurah Lanang Suteja, seorang tokoh adat yang sangat disegani di masyarakat. Semua pekerjaan rumah sudah dipercayakan kepadanya. Mulai dari pagi sebelum berangkat sekolah hingga sebelum tidurpun, tak ada habisnya yang ia kerjakan. Semua ia kerjakan dengan senang hati. Ia anggap itu semua adalah abdi yang tulus kepada orang tuanya.
Utari perempuan yang lemah lembut, memperjuangkan cintanya dengan sekuat tenaga dan sepenuh jiwanya. Namun disisi lain kelembutan itu dapat berubah kelemahan dan menjadi kekalahan. Karena tekadnya bahkan bisa merobohkan iman dan ketakwaannya.

Utari menyadari dirinya tidak lagi suci. Kini ia telah terikat. Semakin hari semakin ia tutupi, hingga terasa was-was.
***

Tak lama lagi Riky datang, karena dia telah mengirim pesan. Untuk apa sih dia datang, pikir Utari. Tapi seharusnya dia terhibur. Riky mungkin akan bertangggung jawab. Tapi apakah benar seperti itu. Lagi-lagi Utari berfikir. Ia sadar pilihan yang ia ambil terlalu besar resikonya. Ia masih mempunyai cita-cita dan ingin mewujudkannya. Sedetik kemudian, perasaannya lebih tercekam kekhawatiran.

Setiap Utari mengingat kejadian kelamnya, hatinya teriris, kemudian berlanjut dengan panjatan doa, agar semuanya bisa ia lewati dengan baik, dilimpahkan kekuatan dan ketabahan. Kadang dia pasrah, ikhlas bila terjadi sesuatu padanya.
***
Utari bukan gadis sembarangan. Dirinya sadar Pak Gusti akan marah besar jika mengetahui kenyataan yang dialaminya. Bukan hanya itu, Utari masih siswi kelas 3 SMA. Lebih-lebih Riky bukanlah umat Hindu, melainkan Kristiani. Itu menjadi tembok penghalang yang besar bagi hubungan mereka. Mereka satu, tapi iman mereka yang berbeda.

Utari terus menerawang berfikir hingga otaknya fokus pada peristiwa setahun silam.
“I Luh anakku sayang. Cening Utari yang paling Bapak cintai. Bapak sudah memiliki jodoh untuk masa depanmu. Bapak kira setelah tamat sekolah, kamu bisa langsung menikah.” Gung Weda, laki-laki yang selama ini sudah dijodohkan dengannya. Utari tidak bisa menolak walaupun sebenarnya ia sudah memiliki Riky. Ia sadar dan tau apa akibatnya nanti. Utari sangat hormat pada bapaknya dan tidak ingin mengecewakan.

Tetapi apa daya, Utari diam-diam tetap menjalin hubungan dengan Riky. Bahkan sialnya lagi, Pak Gusti sudah mengetahui sejak beberapa minggu lalu.
***
Sesaat kemudian terdengar suara pintu pagar dibuka. Riky sudah datang. Iya ternyata benar-benar mengunjunginya.
“Suastiastu.”
“Mau apa kamu ?” Pak Gusti yang menyahut. Mendengar suara Pak Gusti yang terlebih dahulu keluar dari dirinya, Utari berbalik badan dan memilih diam di kamarnya.
“Maaf Pak, saya ingin berbicara dengan Bapak.”
            Satu jam. Tangannya mulai basah. Hatinya sangat khawatir. Utari semakin merasa bersalah. Ia tau kalau dirinya pasti akan mendapatkan hukuman atas perbuatannya.
            Dua jam. Dan tiga jam. Suara gemuruh sepeda motor terdengar mengagetkan dirinya. Semakin lama, suara tersebut mengecil dan menghilang. Utari semakin sesak. Tidak lama kemudian, namanya sudah dipanggil Pak Gusti. Mungkin ini saatnya aku akan mati, batin Utari.
“Kamu tau apa yang kamu buat?”  Suasana menjadi hening sesaat.
Pak Gusti melanjutkan, “Sekarang kamu selesai sekolah dan menikah dengan Gung Weda.”
Utari diam sejenak tak lama kemudian air matanya dibiarkan deras mengucur.

            Utari merasa hidupnya sudah berakhir. Impiannya kini kandas.
***
            Cerita ini diakhiri saat dunia yang ‘berbeda’ tetap tidak bisa disatukan.



Wujud Budaya Yang Peduli Lingkungan

Bali. Sebuah pulau dengan segudang kebudayaan yang tidak mungkin lepas dari yadnya. Yadnya artinya korban suci yang tulus ikhlas. Dalam yadnya yang dilakukan pasti ada banten yang sebagai simbolnya dipersembahkan kepada Tuhan. Banten pasti terdiri dari canang salah satunya. Canang adalah sarana umat Hindu dalam berkomunikasi denganNya. Bahkan setiap hari, umat Hindu di rumahnya pasti mempunyai persediaan canang untuk mebanten sehari-hari. Kalau sehari saja di Bali tidak ada canang , Bali hampa rasanya. Biasanya canang yang digunakan di hampir setiap daerah di Bali biasanya adalah canang yang berbentuk ceper. Bahan yang digunakan dalam pembuatan canang ini beragam jenisnya. Mulai dari janur, kembang rampe, daun pisang, berbagai macam bunga, semat, buah, sirih, pisang, beras sampai tebu. 

            Banten, atau bagian kecil dari banten, canang merupakan penghubung antar sesama manusia, manusia dengan lingkunga dan manusia dengan Tuhan. Atau dalam konteksnya disebut Tri Kaya Parisudha. Apabila ketiga hubungan tersebut berjalan dengan baik, maka pasti akan terjadi keseimbangan alam. Rata-rata dalam seharinya setiap keluarga membutuhkan 30 buah canang. Bayangkan saja jika dalam satu tahun. Berapa banyak canang yang kita perlukan. Itu baru keperluan canang sehari-hari. Belum termasuk canang untuk keperluan lainnya. Keberadaan canang sangat menunjang upaya pelestarian hidup, ternyata. Lalu kenapa bisa begitu ?

            Janur adalah bagian utama dari canang. Kira-kira untuk membuat 1 canang diperlukan maksimal 2 helai janur. Bisa dibayangkan berapa helai janur yang Bali perlukan dalam pembuatan canang dalam satu tahunnya. Biasanya janur, jika di luar Bali, Jawa misalnya biasanya digunakan untuk pembuat ketupat. Selain itu jarang janur digunakan. Hanya di Bali janur bernilai rupiah yang tinggi. Janur banyak sekali yang dapat digunakan khususnya dalam membuat banten. Balipun juga banyak mendatangkan janur dari daerah-daerah di Indonesia, contohnya saja Jawa, Sulawesi dan Kalimantan. Selain itu juga ada semat. Semat ini terbuat dari bamboo yang dipotong memanjang tipis. Ternyata penggunaan bambu ini bisa menjaga tanah dari erosi dan menjaga ketersediaan air dalam tanah. Itu artinya, dengan cukup kita menanam tanaman yang biasanya diperlukan dalam pembuatan canang. Kita telah mampu melakukan pelestarian lingkungan. Tapi jangan teori saja, kita juga harus berusaha mempraktekkannya.

Dulu Putih Kini Hitam


Beberapa belas tahun lalu, anak-anak berlari menelusuri jalanan kota Denpasar tanpa mengenal kata lelah. Kota yang dulu masih dipenuhi dengan udara segar pepohonan yang tumbuh rindang. Berlari bermain tanpa mengenal asap kendaraan ataupun polusi udara lainnya. Tawa bahagia yang merekah seakan menjadi bagian dari kota itu sendiri. Kota ini masih perawan. Menjelang pukul 7 pagi tampak anak-anak bersepeda menuju sekolahnya ada juga yang terlihat berjalan kaki sambil bercengkrama. Sinar matahari menyinari kota dengan penuh. Udara pagi sangat segar dan terkadang terasa sejuk. Semua dulu baik-baik saja.
Tapi sekarang bagaimana kota kita ? Pepohonan yang dulu tumbuh rindang yang biasanya menjadi tempat berteduh kini tinggal akarnya saja. Banyak penebangan pohon yang dilakukan secara liar, hutan-hutan sebagian menjadi gundul. Tawa bahagia itu seketika hilang. Tanah lapang dipinggiran jalanan kota kini disulap menjadi gedung besar yang megah. Para pemilik sawah tampak berlomba-lomba memasang pengumuman penjualan sawah miliknya. Sawah yang dulu hijau kini telah berubah menjadi villa ataupun rumah. Jika diamati lebih dalam lagi apakah kawasan hijau masih dengan gampang ditemukan di kota ini ? Jawabannya menyesakkan dada. Kawasan hijau sudah tergerus. Tercatat sekitar 800 hektar lahan per tahun yang dialihfungsikan. Hal tersebut dapat saja mengakibatkan bencana banjir. Lima tahun belakangan ini,  kawasan kota hampir rajin mengalami kebanjiran. Baru hujan 10 menit saja, jalanan kota tergenang air yang hampir selutut. Selokan yang dipenuhi dengan sampah otomatis menjadi mampet. Hal ini menunjukkan semakin hilangnya keseimbangan ekologis di kawasan perkotaan.
Contoh saja di daerah Monang-Maning Denpasar yang rutin terjadi banjir. Padatnya penduduk ditambah lagi dengan banyaknya fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas ataupun kantor yang ada disana semakin mendukung terjadinya banjir di wilayah itu. Bagaimana pohon-pohon dapat menampung air didalam tanah kalau pohon itu sendiri kini banyak ditebang. Alhasil inilah yang terjadi, banjir dimana-mana. Kalau sudah begini bencana alam lain bisa menyusul seperti halnya tanah longsor. Lihat saja kawasan Renon di tengah kota Denpasar. Sepantasnya menjadi ruang terbuka hijau, tapi malah banyak bangunan berdiri nan kokoh. Tak habis pikir jadinya.  
Hampir setiap pagi bila kita membuka lembaran koran harian kota, topiknya memberitakan tentang adanya korban tewas akibat terkena arus banjir ataupun akibat tanah longsor, sungai di pinggiran kota meluap karena penuh dengan sampah-sampah yang didominasi dengan sampah plastik dan lain sebagainya. Atau bahkan lebih mirisnya lagi tentang berkurangnya daratan di Bali. Sungguh ini merupakan sindiran halus untuk Pemerintah Daerah maupun pihak yang terkait.
Kondisi kota dulu dan kini jauh berbeda, dulu penduduk masih nyaman, masih merasakan kesejukan. Kini jelas tidak. Penebangan pohon secara liar terlebih-lebih mempengaruhi kondisi air umumnya di Bali mengalami penurunan yang drastis dari tahun ke tahun bersamaan dengan konflik yang mengikutinya. Contohnya saja perebutan sistem pengaturan air di wilayah Subak sampai perebutan mata air oleh PDAM. Tentu hal ini membuktikan bahwa kota mengalami krisis air bersih mengingat industri pariwisata sangat haus terhadap sumber daya air. Data yang didapat dari Walhi Bali menunjukkan, satu orang di Bali setiap harinya membutuhkan 200 liter air, satu kamar hotel membutuhkan 3.000 liter air dan satu lapangan golf mengonsumsi 3 juta liter air setiap hari.  
Disamping itu meningkatnya aktifitas penduduk turut serta mendorong pencemaran air menjadi tidak murni lagi. Pada akhirnya berakibat semakin langkanya air pada musim kemarau. Semakin rusaknya lingkungan kita, semakin mengakibatkan berkurangnya kualitas air dalam tanah. Air mulai tercemar yang disebabkan dengan semakin padatnya pemukiman penduduk, pabrik-pabrik dengan penggunaan bahan kimia yang limbahnya langsung dialirkan ke sungai. Hal ini sangat berbahaya karena banyak bakteri dari sampah ataupun limbah yang bercampur dengan air tanah. Penduduk bisa rawan berpenyakit. Contohnya saja sakit perut, disentri, gatal-gatal, alergi dan kolera.
Perubahan yang pesat dalam bidang pariwisata. Banyak objek wisata yang dikembangkan mencaplok lahan pertanian produktif dalam jumlah puluhan bahkan ratusan hektar, dan bahkan telah menggusur atau mengganggu keberadaan tempat-tempat suci (parahyangan) di sejumlah lokasi. Selain itu juga mencaplok kawasan pantai, kemudian menutup fungsi pantai sebagai tempat suci bagi orang Bali dalam prosesi upacara Melasti, yakni penyucian alam semesta dan diri sendiri menjelang Hari Suci Nyepi. Keharmonisan hubungan manusia Bali dengan Tuhan kini mulai terganggu, sehingga secara langsung berpengaruh buruk kepada sikap dan prilaku masyarakat setempat terhadap lingkungan dan sesamanya.
Hal yang sama, kota ini tidak terlepas dari kemacetan hampir setiap harinya. Setiap orang yang tinggal di kota ini rata-rata memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor. Lebih celakanya lagi, permasalahan kemacetan ini diatasi dengan membangun jalan-jalan baru yang tentu saja mengalihfungsikan kawasan hijau. Hal ini malah lebih menimbulkan polemik yang lebih besar lagi.
Dalam ajaran agama Hindu dikenal Tri Hita Karana. Ajaran yang mengajarkan umat manusia untuk memiliki hubungan yang harmonis terhadap semua hal yang ada di dunia ini. Termasuk juga di dalamnya harmonis dengan lingkungan sekitar atau alam yang dikenal dengan nama Palemahan. Sebenarnya, masyarakat Hindu dulu menjunjung tinggi ajaran ini. Maka dari itu, wilayah Bali umumnya dulu hampir tak tersentuh modernisasi, padahal Bali merupakan daerah tujuan wisata. Perubahan sikap manusia Bali baru terlihat beberapa tahun belakangan. Mungkin hal itu karena penurunan toleransi terhadap lingkungan sekitar.
Untuk membenahi dan memperbaikinya,  peran seluruh warga kota khusunya sangatlah dibutuhkan. Karena merekalah yang berhak untuk menikmati segala fasilitas yang ada. Tentu saja. Karena untuk merekalah bagian dari kota ini. Bukannya untuk kepentingan beberapa pihak. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran para oknum terkait untuk mengadakan penyelesaian tentang masalah-masalah yang dihadapi seperti banjir, krisis air, penebangan pohon sampai kemacetan yang rutin terjadi.  Disinilah warga kota harus turut ikut andil. Terlebih mempunyai usulan yang membangun. Di sisi lain, warga juga harus menjaga lingkungan kota dengan membuang sampah pada tempatnya, menghemat penggunaan air, sampai tidak melakukan penebangan secara liar.  Karena itulah peran serta kesadaran warga kota itu sendiri yang sangat penting. Bukannya wacana pemerintah yang hanya omongan belaka.
Sebagai warga yang tinggal di kota Denpasar, sudah semestinya kita menjaga kota. Meskipun tanpa adanya wacana pemerintah. Kita seharusnya sadar, siapa yang akan menikmati kota ini ? Tidak lain tidak bukan adalah kita sendiri. Siapa yang tidak ingin tinggal di kota yang sehat. Siapa juga yang tidak ingin mendapatkan air yang bersih tanpa pencemaran. Semua hal positif harus kita lakukan agar kita kembali melihat senyum anak-anak yang bermain riang di pinggiran jalanan kota. Berlari-larian tanpa terbatuk atau tersedak asap kotor kendaraan. Senyum yang akan selalu senantiasa menghiasi hari-hari mereka. Bukannya itu yang kita inginkan kawan ?